Monday, 9 July 2012

X-Tour

Candi Ijo


" Berjalan di antara reruntuhan candi yang ditumbuhi rumput liar, disertai kesunyian senja membuatku merasa menjadi Indiana Jones."

-- Dio Xervan Lie --


















      Dengan mengendarai sepeda motor, Aku dan Chensy menyusuri jalan menuju arah Candi Ijo. Kami melihat Peta lokasi, kira-kira 18 km dari pusat kota Yogyakarta. Kami harus menempuh jalan menanjak. Setelah bertanya berkali-kali pada penduduk sekitar, akhirnya tibalah kami di lokasi  Candi Ijo. Tidak seperti Candi Prambanan yang dilengkapi ruang tunggu, area souvenir, kantin serta loket yang didesain untuk kenyamanan pengunjung, Candi Ijo hanya dijaga oleh dua orang Satpam. Kami sampai di lokasi sekitar jam setengah lima Sore. Seharusnya jam kunjungan sudah tutup, tapi berkat kebaikan hati Satpam, Aku dan Chensy diijinkan mengunjungi candi.

*****

















     Dari area candi, kami bisa melihat kawasan pedesaan di sekitarnya. Menurut buku Peta Wisata, Candi Ijo adalah candi yang lokasinya tertinggi di Yogyakarta. Pada sore menjelang senja, suasananya sangat sunyi. Dari depan pintu masuk, terdapat sebuah bangunan utama candi. Di depannya ada tiga bangunan kecil, seperti tempat untuk bersemedi. Aku penasaran dengan isi candi serta bangunan tersebut dan mengajak Chensy masuk ke dalamnya. Kulihat ekspresi Chensy sempat ketakutan. Terlebih karena hari sudah benar-benar hampir gelap. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk sendirian dan memotret beberapa bagian candi.


                                                                                ***** 
 

 






      
*****

     Setelah puas memotret bagian-bagian candi itu, Aku dan Chensy turun ke bagian bawah dari lereng candi. Di sana terlihat bongkahan-bongkahan candi yang berserakan. Terkesan tidak terurus. Batu-batu yang masih kokoh dan bernilai artistik ini ditumbuhi lumut berwarna kehijauan. Berjalan di antara reruntuhan candi yang ditumbuhi rumput liar, disertai kesunyian senja membuatku merasa menjadi Indiana Jones. Tapi aku melihat ekspresi ketakutan di wajah Chensy. Tiba-tiba seorang ibu yang masih muda, membawa kayu bakar menghampiri kami berdua. 



















*****

     Ibu itu adalah penduduk setempat di sekitar Candi Ijo, ia bercerita tentang Candi Ijo. Menurut Ibu tadi, Candi Ijo adalah candi Hindu yang dibangun sekitar abad 19, pada jaman kerajaan Mataram. Dengan lokasi di bukit Ijo, Dusun Groyokan, Sambirejo, Sleman, Struktur bangunan candi ini terbagi dalam 11 teras berundak-undak. Sambil terus bercerita, si Ibu memberikan sebuah buku tentang Candi ijo kepada kami. Ketika kami hendak membayarnya, Ibu itu ternyata memberikannya secara gratis, bahkan sang Ibu tetap menolak ketika kami memberikan semacam uang terimakasih. Aku sangat terkesan melihat kegigihan si ibu mengangkut kayu bakar, dan berjalan melewati jalan setapak yang terjal dan mendaki, pulang menuju rumahnya. Akhirnya kami berdua pergi meninggalkan lokasi Candi Ijo. Bagiku mengunjungi kompleks candi Ijo, terutama pada reruntuhan di bawah candi pada saat senja, membuatku merasa seperti arkeolog sejati. Tapi bagi Chensy, ini pengalaman yang tidak ingin dia ulangi. Chensy lebih suka candi yang ramai pengunjung dan memiliki system tata kelola yang lebih baik. Kamipun berboncengan meninggalkan kompleks candi Ijo sekitar jam enam kurang lima menit.

SERVAN

TAMAT

No comments:

Post a Comment