Candi Ijo
" Berjalan di antara reruntuhan candi yang
ditumbuhi rumput liar, disertai kesunyian senja membuatku merasa menjadi Indiana Jones."
-- Dio Xervan Lie --
Dengan mengendarai sepeda motor, Aku dan Chensy menyusuri
jalan menuju arah Candi Ijo. Kami melihat Peta lokasi, kira-kira 18 km dari
pusat kota Yogyakarta. Kami harus menempuh jalan menanjak. Setelah bertanya
berkali-kali pada penduduk sekitar, akhirnya tibalah kami di lokasi Candi Ijo. Tidak seperti Candi Prambanan yang
dilengkapi ruang tunggu, area souvenir, kantin serta loket yang didesain untuk
kenyamanan pengunjung, Candi Ijo hanya dijaga oleh dua orang Satpam. Kami
sampai di lokasi sekitar jam setengah lima Sore. Seharusnya jam kunjungan sudah
tutup, tapi berkat kebaikan hati Satpam, Aku dan Chensy diijinkan mengunjungi
candi.
*****
Dari area
candi, kami bisa melihat kawasan pedesaan di sekitarnya. Menurut buku Peta
Wisata, Candi Ijo adalah candi yang lokasinya tertinggi di Yogyakarta. Pada
sore menjelang senja, suasananya sangat sunyi. Dari depan pintu masuk, terdapat
sebuah bangunan utama candi. Di depannya ada tiga bangunan kecil, seperti
tempat untuk bersemedi. Aku penasaran dengan isi candi serta bangunan tersebut
dan mengajak Chensy masuk ke dalamnya. Kulihat ekspresi Chensy sempat
ketakutan. Terlebih karena hari sudah benar-benar hampir gelap. Akhirnya aku
memutuskan untuk masuk sendirian dan memotret beberapa bagian candi.
*****
*****
Setelah puas
memotret bagian-bagian candi itu, Aku dan Chensy turun ke bagian bawah dari
lereng candi. Di sana terlihat bongkahan-bongkahan candi yang berserakan.
Terkesan tidak terurus. Batu-batu yang masih kokoh dan bernilai artistik ini
ditumbuhi lumut berwarna kehijauan. Berjalan di antara reruntuhan candi yang
ditumbuhi rumput liar, disertai kesunyian senja membuatku merasa menjadi Indiana Jones. Tapi aku melihat ekspresi ketakutan di wajah
Chensy. Tiba-tiba seorang ibu yang masih muda, membawa kayu bakar menghampiri
kami berdua.
*****
Ibu itu adalah
penduduk setempat di sekitar Candi Ijo, ia bercerita tentang Candi Ijo. Menurut
Ibu tadi, Candi Ijo adalah candi Hindu yang dibangun sekitar abad 19, pada
jaman kerajaan Mataram. Dengan lokasi di bukit Ijo, Dusun Groyokan, Sambirejo,
Sleman, Struktur bangunan candi ini terbagi dalam 11 teras berundak-undak. Sambil
terus bercerita, si Ibu memberikan sebuah buku tentang Candi ijo kepada kami.
Ketika kami hendak membayarnya, Ibu itu ternyata memberikannya secara gratis,
bahkan sang Ibu tetap menolak ketika kami memberikan semacam uang terimakasih. Aku
sangat terkesan melihat kegigihan si ibu mengangkut kayu bakar, dan berjalan
melewati jalan setapak yang terjal dan mendaki, pulang menuju rumahnya. Akhirnya
kami berdua pergi meninggalkan lokasi Candi Ijo. Bagiku mengunjungi kompleks
candi Ijo, terutama pada reruntuhan di bawah candi pada saat senja, membuatku
merasa seperti arkeolog sejati. Tapi bagi Chensy, ini pengalaman yang tidak
ingin dia ulangi. Chensy lebih suka candi yang ramai pengunjung dan memiliki system
tata kelola yang lebih baik. Kamipun berboncengan meninggalkan kompleks candi
Ijo sekitar jam enam kurang lima menit.
SERVAN
SERVAN
TAMAT
No comments:
Post a Comment